Kompos, eco enzyme, mol

Membuang sampah pada tempatnya saat ini tidak lagi relevan. Banyak sampah yang pada akhirnya di jalan-jalan karena tak terkelola dengan baik. Masyarakat merasa sudah cukup dengan memindahkan sampah dari rumah ke TPA, tapi kadang kurangnya edukasi mengakibatkan masyarakat bingung mesti bagaimana mengolah sampah tersebut

Tahun 2018 adalah awal muka saya belajar mengurangi sisa konsumsi. Diawali dengan mengkompos. Saat itu saya menggunakan kompos dengan ember sistem aerob. Lalu menjadi takakura, juga pernah menggunakan karung. dan saat ini di rumah mempunyai komposter drum, komposter berputar. Karena kami cenderung vegetarian sehingga butuh media yang besar

Alasan mengkompos karena mudah, ramah alam. Tidak mencemari lingkungan dan hasil kompos digunakan tuk berkebun. Saat ini Indonesia menjadi penyumbang sisa makanan terbesar ke dua setelah saudi Arabia, sungguh ironis karena saat ini banyak saudara kita yang bahkan bingung untuk makan apa. Selain itu sisa makanan yang tercampur di TPA berpotensi menjadi gas metan yang mengakibatkan ledakan pada beberapa TPA.

Cara mengkompos:

– beri lubang sekeliling komposter dan bagian bawah. Secukupnya tuk sirkulasi udara (saya mencontohkan proses aerob)

– alasi bawah komposter dengan sekam/dedaunan cokelat, jerami

– tambahkan pupuk kompos atau kandang

– beri sisa organik berupa kulit buah, sisa masak dsb

– siram dengan cucian air beras sebagai bio aktivator yang sudah diinapkan 2malam

– tutup dengan dedaunan atau sekam

Jika komposter menjadi menghangat tanda proses aktivasi berjalan dan bisa digunakan tuk menambahkan sisa organik dari dapur.

Source: https://jabar.litbang.pertanian.go.id

Jangan takut gagal mengkompos, karena insyaAllah akan berhasil

Kendala dalam mengkompos:

  • belatung bsf (bsf membantu penguraian lho). Jika tidak nyaman dengan bsf pada komposter, maka tambahkan dedaunan atau hindari komposter terlalu lembab. Di rumah saya bsf dibiarkan banyak karena digunakan tuk pakan ayam.
  • Berbau. Jika komposter berbau makan tambahkan dedaunan dan aduk.
  • Kering. Tambahkan air atau bio aktivator

Selain kompos, saya menggunakan metode eco enzyme sebagai cara tuk mengolah sisa konsumsi organik di rumah. Kulit buah semisal nanas, mangga, lemon dsb saya olah menjadi pembersih eco enzyme tersebut

Cara membuat eco enzyme mudah. Gunakan rumus 1:3:10

1 tuk gula putih, gula tebu atau apapun yang glukosa tak dipakai. Karena banyak pendapat tentang gula ini, saya memilih yang paling mudah didapatkan. Termasuk misal adanya susu krimer basi, maka itu yang saya gunakan

3 adalah sisa organik tersebut

10 adalah air

Inapkan selama 3bulan

Aroma dari eco enzyme wangi, tidak bau busuk. Jika ada jamur, bisa tambahkan glukosa. Artinya sisa organik tidak terendam sempurna. Tapi ga masalah.

Manfaat eco enzyme yang saya pakai adalah tuk pestisida alami, tuk pembersih toilet, cuci piring, pel, lap kaca, dsb

Karena saya pun berkebun di atap rumah, saya menggunakan sisa organik sebagai MOL. caranya sama seperti eco enzyme namun cukup 14hari, dan hanya tuk sebagai MOL -tidak bisa digunakan tuk pembersih sebagaimana eco enzyme-

Jika tak ada komposter namun punya tanah, gunakan saja metode nenek moyang kita dahulu. Metode juglangan. Kubur. Dan panen hasilnya. Atau banana cycle.

Sampah di TPA saat ini terbanyak adalah sampah organik. Jika setiap rumah memulai mengolah sampah organik tersebut, InsyaAllah tidak ada ledakan di TPA, tidak ada persoalan sampah yang tak ada habisnya. dan YANG PENTING ADALAH jangan buang makanan karena ada saudara kita yang membutuhkannya.

Mengkompos adalah baik namun yang terbaik adalah tidak membuangnya. Ambil porsi secukupnya, berikan kepada yang membutuhkan, olah menjadi makanan lain

Perbandingan komposter, mol dan eco enzyme:

  • Komposter memuat lebih banyak sisa organik
  • Komposter tidak cocok bagi yang jijik terhadap belatung/bsf tapi masalah tersebut dapat diatasi dengan komposisi yang tepat
  • Komposter menghasilkan air lindi yang dapat digunakan sebagai pupuk cair
  • Eco enzyme dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai pembersih
  • Mol waktu pemeraman singkat. Hanya 14hari dan digunakan sebagai pestisida alami, pupuk alami

Semua metode dalam mengelola sampah organik ada kekurangan dan kelebihannya, sesuaikan dengan kondisi masing-masing.

Mengelola sisa organik dari sisa masak atau tulang belulang dapat dimasukan ke lubang biopori.

Biopori selain berguna tuk tempat mengolah sisa organik, berguna juga tuk menyimpan air hujan. Sehingga saat musim kemarau diharapkan tidak mengalami kekeringan

Cara membuat biopori:

1. Buat lubang berdiameter 10-30cm dengan kedalaman minimal 1 meter.

2. Bagian pinggir lubang diberi Semen atau pipa sehingga tidak menutupi lubang tersebut

3. Isi dengan sisa organik berupa makanan kuah atau tulang belulang

Mengolah sisa organik adalah tanggung jawab kita sebagai manusia, bukan melempar ke pihak lain. Karena pada hakikatnya dengan mengolah sisa organik, kita menjaga alam tuk diri kita, hewan, dan anak cucu kita kelak insyaAllah. Kita abai, maka kita yang memanennya sebelum anak cucu kita. Mengolah sisa organik adalah ketrampilan dasar hidup yang harus dimiliki semua orang. Bahkan di apartemen pun bisa melakukannya dengan metode yang disesuaikan.

Alhamdulillah sejak 2018 saya sudah tidak membuang sampah organik ke TPA. dan saat ini saya pun sudah melakukan pilah sampah serta mengurangi sampah yang di buang ke TPA.

Menyingkirkan gangguan dari jalan bagian dari keimanan” (Al hadits)